KISAH dimulai saat rencana Julie (Cathy Sharon) untuk pulang ke Bandung terpaksa ditunda.
Wanita yang berprofesi sebagai guru privat ini harus menggantikan Lulu, rekan kerjanya, yang meninggalkan muridnya begitu saja.
Julie sebenarnya enggan mengambil pekerjaan ini. Terlebih setelah tahu calon muridnya tinggal di Puncak, yang membuatnya terpaksa tinggal di sana selama menjadi guru privat. Namun Julie tak kuasa menolak permintaan Rita (Bella Esperance), nenek si calon murid yang terkesan dingin dan tegas. Apalagi setelah Rita bercerita bahwa orangtua sang bocah telah meninggal dalam kecelakaan.
Setibanya di Puncak, Julie mendapati rumah Rita berada jauh dari keramaian. Tak terlihat rumah penduduk di sekitar rumah kuno itu. Bahkan sinyal HP pun sulit. Harus keluar rumah untuk bisa mendapat sinyal.
Julie pun bertemu Januar (Endy Arfian), cucu Rita. Untuk ukuran anak SD, Januar cenderung introvert dan kaku. Maklum, Rita, yang minta dipanggil madam, mendidik Januar dengan tegas. Ia memberikan aturan yang ketat untuk sang cucu. Januar tidak boleh sekolah, juga dilarang keluar dari rumah sama sekali. Ia bahkan tidak diizinkan untuk memiliki mainan. Selain Rita dan Januar, masih ada Yadi (Mike Lucock), pembantu yang tinggal di rumah itu.
Terenyuh dengan kondisi Januar, diam-diam Julie memberikan hiburan pada bocah itu. Usai memberikan pelajaran, Julie membiarkan Januar bermain game di laptopnya. Ia juga menyetel musik dan mengajari Januar berdansa. Lebih ekstrim lagi, Julie nekad melanggar aturan Madam Rita dengan membawa Januar bermain di halaman rumah pada saat sang nenek pergi menengok perkebunan. Perlahan-lahan Januar yang pendiam, berubah menjadi ceria dan komunikatif.
Tapi hal ini berbuntut fatal. Ada seorang ibu (Early Ashy) yang secara histeris memarahi dan melontarkan beberapa pertanyaan pada Januar ketika bocah itu sedang berada di halaman rumah.
Kejadian ini membuat Madam Rita memarahi Julie. Julie tak tinggal diam, malah menentang sikap overprotektif Madam Rita pada Januar. Namun Madam Rita tetap teguh pendirian. Ia semakin memperketat penjagaan pada cucunya.
Suasana bertambah mencekam. Januar bercerita pada Julie bahwa kedua orangtuanya meninggal di dalam rumah, bukan dalam kecelakaan yang seperti diceritakan Madam Rita. Ditambah lagi, Julie menemukan kliping artikel koran tentang orang-orang hilang di area sekitar rumah mereka.
Julie semakin terkejut setalah tahu bahwa ibu yang sempat menyerang Januar, ternyata adalah ibunda Lulu, guru privat Januar sebelum Julie. Menurut sang ibu, Lulu bukan pergi tanpa pamit. Lulu sempat mengirim SMS yang menyatakan ingin pulang ke rumah. Kenyataannya, gadis itu malah hilang tanpa jejak.
Misteri apa yang sebenarnya menyelimuti rumah itu?
***
Akhirnya, saya bisa kembali merasa ketakutan ketika menyaksikan film Indonesia. Memang, film horor tak pernah berhenti gentayangan di bioskop lokal. Namun perlu diingat, 2 tahun belakangan horor Indonesia bukanlah film yang menakutkan. Ada beberapa tipe horor yang populer: horor berbumbu seks, horor berbumbu komedi atau paduan keduanya. Alhasil, tujuan film horor tak lagi menakut-nakuti penonton, tapi mengikuti tren demi meraih penjualan tiket sebanyak-banyaknya.
Meski tidak menjual nama besar pocong dan kuntilanak, The Perfect House sukses memunculkan suasana mencekam dengan mengusung genre psychological thriller. Ketakutan yang utama adalah dari sosok Madam Rita. Tengok tatapan mata dan intonasi bicaranya yang dingin, dibalut dengan gestur tubuhnya yang elegan. Acung jempol buat Bella Esperance sukses membuat merinding nyaris di sepanjang film.
Karakter Yadi yang diperankan Mike Lucock, mesti diam tanpa kata, mampu menimbulkan penasaran sekaligus rasa takut lewat penampilan fisiknya yang menyeramkan.
Cathy Sharon pun berhasil memainkan tokoh Julie dengan baik. Penonton diajak menyelami lubuk hati Julie. Guru privat yang awalnya ogah-ogahan mengajar sang murid, namun berubah simpati dan ingin membebaskan Januar dari kekangan madam.
Last but not least, artis cilik Endy Arfian yang sebelumnya membintangi sejumlah sinetron dan iklan juga bermain gemilang di film ini.
Selain akting dan cerita yang cemerlang, kemasan The Perfect House dibuat sangat internasional. Perhatikan desain klasik rumah Madam Rita, terlihat dari perabot dan wallpaper yang digunakannya. Gaya busana Madam Rita, juga Yadi yang pembantu pun kebarat-baratan. Tidak seperti pembantu laki-laki pada umumnya. Adegan makan juga terlihat sangat internasional. Menu makan malam kalkun dan kentang goreng, sementara karakter Januar, sarapan dengan sereal. Meski sebenarnya sepele, tapi hal-hal kecil seperti ini mempermudah penonton internasional untuk mencerna The Perfect House.
Tak heran jika beberapa distributor internasional tertarik membeli hak tayang The Perfect House. Menurut Vera Lasut, sang produser, ada distributor film Eropa dan Amerika Latin yang berminat membeli The Perfect House. Sebelum tayang di bioskop Indonesia, film yang disutradarai Affandi Abdul Rahman (Pencarian Terakhir, Heartbreak.com) terlebih dulu diputar di Cannes Film Festival dan Puchon Film Festival.
Usai menonton film ini, bersiaplah terngiang-ngiang dengan kalimat: "Januar mau ninggalin oma, ya?" Pangkalan Berita Unik
( Sumber: http://zona-gosip.blogspot.com/2011/10/film-perfect-house-horor-lokal-rasa.html ) Admin 29 Oct, 2011
--
Source: http://pangkalan-unik.blogspot.com/2011/10/perfect-house-horor-lokal-rasa.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Browse » Home » » The Perfect House, Horor Lokal Rasa Internasional
Sabtu, 29 Oktober 2011
The Perfect House, Horor Lokal Rasa Internasional
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar to “The Perfect House, Horor Lokal Rasa Internasional”