Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas terbilang problematik. Bahan ini butuh waktu sangat lama untuk terurai sempurna. Pencarian alternatif pun sangat dibutuhkan.
"Salah satu caranya mulai menggunakan plastik biodegradable. Plastik ini selain lebih mudah terurai juga memiliki nilai ekonomis tersendiri," ungkap pengamat lingkungan Butche Soendjojo, di PAJ Jakarta, Kamis (10/5).
Meski tak mengetahui seberapa besar nilai ekonomis yang bisa disumbangkan, Butche yakin penggunaan plastik ini memiliki potensi sangat besar menguntungkan negara.
Seperti diketahui, plastik konvensional butuh 500-1.000 tahun untuk terurai dalam tanah. Sulitnya penguraian ini membuat sampah plastik makin menumpuk dan menyebarkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
"Plastik bisa dibakar, namun jika pembakaran tidak sempurna atau di bawah suhu 800C, diokson yang sangat berbahaya akan terbentuk," paparnya.
Di dunia, dalam setahun ada sekitar satu triliun plastik digunakan warga, tiap dua menit ada sekitar dua juta kantong plastik dibuang, dan ada sekitar 170 juta kantong plastik digunakan tiap orang.
Untuk memproduksi plastik butuh 12 juta barel minyak dan 14 juta batang pohon yang mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Di Indonesia, konsumsi kantong plastik meningkat 1-2% tiap tahun yang rata-rata orang membuang 700 lembar plastik.
Terkait pencarian alternatif plastik konvensional, Jepang, India, Australia, Jepang dan Amerika menjadi negara paling intensif mengembangkan riset plastik biodegradable.
"Dalam hal riset plastik biodegradable, Indonesia masih sangat kurang dan butuh dukungan dari pemerintah dan pihak terkait," katanya.
Solusi lain adalah menggunakan plastik ecoplas yang terbuat dari tepung.
"Sayangnya jenis kantong plastik ini dijual 120-130% lebih mahal dari plastik biasa. Namun, harga ini masih bisa diturunkan jika produksi dilakukan secara masal," tutupnya.
www.menjelma.com 13 May, 2012
-
Source: http://www.menjelma.com/2012/05/sulit-terurai-indonesia-butuh.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
0 komentar to “Sulit Terurai, Indonesia Butuh Alternatif Plastik”